Senin, 13 Agustus 2012

18 Jam Menjadi Mentor


Mungkin kata "Mentor" bagi beberapa orang merupakan kata yang masih asing untuk didengar.   "Mentor" merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris, yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti seseorang yang dipercaya menjadi pembimbing atau pengasuh diri kita di dalam lingkungan pendidikan. Umumnya, kata "Mentor" di dalam dunia pendidikan digunakan untuk menyebut guru atau dosen pembimbing kita dalam pengerjaan tugas, seminar, skripsi, dan thesis.

Namun saat ini kata Mentor telah dipergunakan secara luas dan tidak selalu identik dengan dunia pendidikan. Kata "Mentor" saat ini telah banyak digunakan di dalam dunia bisnis, dan dunia-dunia lainnya seperti musik, fashion, dan masih banyak lainnya. Meskipun demikian esensi kata "Mentor" adalah tetap yakni seseorang atau beberapa orang yang kita percaya untuk menjadi pembimbing atau pengasuh kita selama hidup di dunia ini. 


Mengapa kita membutuhkan Mentor?


Mentor Ibarat Mercu Suar
(Sumber Ilustrasi: Photography-Match.com)
Hakikat dari kehidupan adalah suatu perjalanan panjang seorang anak manusia dari semenjak dia dilahirkan  hingga menjadi manusia dewasa yang mandiri dan berkarya di dunia ini untuk mewujdukan apa yang diinginkannya. Dalam mempersiapkan dirinya menjalani perjalanan kehidupan yang panjang, seorang anak manusia dibimbing dan diasuh oleh Mentor mereka yang pertama yakni orangtua.  

Bimbingan dan asuhan orang tua sebagai Mentor merupakan pondasi penting dalam membentuk kepribadian dan mengasah karakter anak agar kelak siap menjalani kehidupan secara mandiri. Ketika anak beranjak remaja, lingkungan pertemanan memegang peranan penting dalam membentuk kepribadian dan karakter tahap lanjutan. Hal yang sama terjadi ketika dia telah mandiri dan  bekerja; lingkungan kerja seperti atasan, rekan kerja sekantor, maupun teman bermain yang tidak sekantor pun dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian dan karakter yang akan menentukan kisah sukses perjalanan karirnya di masa depan.

Proses lingkungan mempengaruhi dan mengarahkan kepribadian dan karakter berlangsung perlahan, secara terus menerus, dan tidak terlihat oleh mata sendiri. Jika kita misalnya dapat memikirkan dan mengingat apa yang terjadi di masa lampau, kita akan menyadari bahwa "kondisi dan keberadaan kita saat ini diakibatkan oleh kepribadian dan karakter kita di masa lampau". Kita cenderung buta (baca: sulit memahami) dalam menilai baik atau buruknya kepribadian dan karakter dikarenakan sifat ego kita yang tinggi. Baik atau buruk kepribadian dan karakter di masa lampau menentukan sukses tidaknya kita di masa depan. Wow! Sungguh Dahsyat!     

Bagaimana mengetahui kepribadian dan karakter kita mendukung terwujudnya impian dan keinginan di masa depan? Cara yang dianjurkan untuk mendapatkan jawaban yang obyektif adalah dengan bertanya kepada seseorang yang kita percaya atau orang lain mungkin yang kita kenal dekat dan dipercaya dapat memberikan penilaian yang obyektif. Metode ini baik karena dapat meminimalisasi bias yang muncul bila kita menilai diri sendiri.    

Penilaian tersebut akan memberikan hasil yang lebih akurat bila kita bertanya kepada seorang Mentor.  Mentor yang kita pilih bisa saja seseorang yang lebih tua atau lebih muda dibandingkan diri kita. Namun seorang dapat kita jadikan Mentor bila individu tersebut memiliki syarat-syarat antara lain  berpengetahuan luas, memiliki pengalaman dan prestasi kerja yang baik, dan mampu memahami potensi diri kita serta memiliki pandangan ke depan yang lebih baik dibandingkan diri kita. Mentor akan mencerahkan pikiran, mengarahkan kepribadian dan karakter, dan menunjukkan arah tercepat kepada kita dalam mewujudkan impian. Keberadaan Mentor ibarat sinar Mercu Suar yang memandu kapal-kapal yang hendak berlabuh ke daratan. Mentor juga mampu melihat dan memaksimalkan potensi diri kita yang mungkin kita sendiri tidak dapat melihat atau memanfaatkannya secara penuh.


Mentor Instan


Tak lama setelah saya menyelesaikan pelatihan Coaching and Counseling based on Behavior, perusahaan dimana saya bekerja meminta saya mengisi program pelatihan bagi level supervisor dengan program evaluasi khusus yakni mentorship di Surabaya. Saya merasa senang memperoleh penugasan ini, bergairah, namun juga sedikit cemas. Namun di dalam benak, saya terus bertanya-tanya apakah saya mampu menjadi seorang Mentor bagi 19 orang level supervisor tersebut sedangkan saya bukan lulus psikologi.    

Hingga tibalah saat saya harus berhadapan dengan 19 orang tersebut secara satu per satu. Perasaan galau, gugup, dan kurang PD pun menyerang. Namun saya segera menenangkan diri dan mengingat kembali kata-kata yang disampaikan oleh Mentor kepada saya di dalam suatu pelatihan yang saya ikuti. Beliau mengatakan dengan begitu yakin kepada saya bahwa saya memiliki potensi menjadi seorang Mentor yang handal. "What he was saying to me just like he did something magic to my mind".  Saya merasa diri saya tersihir dan melakukan mentoring tersebut dengan santai dan percaya diri.

Tak disangka aktivitas mentoring yang dijadwalkan berlangsung 12 jam malah saya selesaikan dalam 16 jam. Aktivitas mentoring dari satu peserta dan dilanjutkan peserta yang lain hingga berakhir berjalan begitu "nge-flow", lancar, terbuka, inspiratif, dan memberikan solusi perbaikan kepribadian dan karakter untuk meningkatkan semangat kerja dan produktivitas. Sampai-sampai pada 2 peserta terakhir tenggorokan saya telah kering dan suara saya sudah hampir habis. Namun hingga saat ini saya masih terdengar komentar-komentar positif dari mereka dan pancaran wajah-wajah optimis dalam memandang   masa depan yang lebih cerah.

Sebenarnya tidak ada trik-trik tertentu yang saya lakukan dalam memberikan mentoring kepada mereka. Saya hanya bertanya adakah hambatan-hambatan yang mengganggu pikiran maupun produktivitas kerja mereka saat ini dan berupaya membantu memecahkan permasalahan mereka dengan sungguh-sungguh. Saya memperlakukan mereka layaknya sebagai anggota keluarga dan menghargai diri mereka apa adanya. Saya ingat tentang apa yang diajarkan oleh Mentor saya bahwa manusia itu unik, memiliki kepribadian, karakter dan temperamen yang berbeda-beda. Cobalah untuk menurunkan bahasamu, mengerti-pahami-dan hargailah mereka apa adanya serta yakinkan mereka keberadaannya di dalam organisasi sangat penting niscaya mereka akan terbuka dan percaya kepada Anda.

Saya jadi ingat apa yang dikatakan oleh Lee Cockerell, Ex. VP Operation Walt Disney World Resort, dalam bukunya yang berjudul Creating Magic: "It's not the magic that makes it work; It's the way we work that makes it magic".

Saya sangat berharap mereka yang telah duduk bersama dengan saya dalam aktivitas mentoring memperoleh manfaat maksimal dan mampu menyelaraskan kepribadian dan karakter mereka untuk menjawab tantangan dan mewujudkan impiannya di masa depan. Amin...
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar